Rektor UM Buton Suarakan Kepemimpinan Perempuan Berdaya pada Webinar Nasional Hari Ibu 2025
Rektor Universitas Muhammadiyah Buton (UM Buton), Dr. Hj. Wa Ode Al Zarliani, S.P., M.M., tampil sebagai salah satu pembicara dalam Webinar Nasional Peringatan Hari Ibu 2025 yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Sukabumi, Senin (22/12/2025), secara daring melalui Zoom Meeting.
Webinar nasional ini mengusung tema “Perempuan Berdaya, Ibu Bermakna sebagai Harmonisasi Peran dalam Membangun Generasi Unggul”, dan menghadirkan sejumlah tokoh perempuan nasional di bidang pendidikan dan kebijakan publik.
Selain Rektor UM Buton, kegiatan ini juga menghadirkan narasumber terkemuka, di antaranya:
-
Prof. Dr. Sri Ayu Andayani, S.P., M.P., Wakil Rektor II Universitas Majalengka
-
Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK)
-
Neni Nuraini, M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat., Rektor Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
-
Dr. Reny Sukmawani, M.P., Rektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Dalam paparannya, Rektor UM Buton menyampaikan materi berjudul “Perempuan Berdaya dalam Kepemimpinan Pendidikan”. Ia menegaskan bahwa konsep perempuan berdaya bukan sekadar keterwakilan formal, melainkan proses multidimensional yang mencakup akses terhadap sumber daya, kontrol pengambilan keputusan, dan peran strategis dalam kepemimpinan.
.png)
“Peran ganda perempuan bukanlah mitos, tetapi justru menjadi kekuatan. Perempuan pemimpin terbukti memiliki tingkat resiliensi yang tinggi, dengan keunggulan pada empati, kemampuan multitasking, kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ),” jelasnya.
Menurutnya, karakter tersebut berdampak langsung pada penerapan caring pedagogy, pengambilan keputusan adaptif, serta kepemimpinan yang lebih manusiawi dalam dunia pendidikan.
Rektor UM Buton menegaskan bahwa pendidikan merupakan ruang strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Kontribusi perempuan dalam pendidikan diwujudkan melalui penguatan pedagogi humanis, penciptaan lingkungan belajar yang aman dan inklusif, pembentukan karakter, hingga advokasi kebijakan yang sensitif gender.
Ia juga menekankan bahwa perempuan berdaya dalam pendidikan ditandai dengan kemampuan menghadirkan kepemimpinan yang transformatif dan emansipatoris, yang ditopang oleh profesionalisme, etika, serta integrasi nilai-nilai spiritual.
Meskipun proporsi pemimpin perempuan di Indonesia terus meningkat — dari 22,32 persen pada 2015 menjadi 30,5 persen pada 2023 — perempuan masih menghadapi tantangan struktural seperti glass ceiling, stereotip gender, beban domestik, serta keterbatasan akses jaringan kepemimpinan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Dr. Wa Ode Al Zarliani memaparkan sejumlah strategi menuju kepemimpinan perempuan yang berkelanjutan, antara lain:
-
Penguatan kapasitas akademik dan manajerial
-
Pengembangan jejaring dan sistem mentoring kepemimpinan
-
Kepemimpinan berbasis nilai, integritas, resiliensi, dan keberanian moral
Menutup paparannya, Rektor UM Buton menegaskan bahwa Hari Ibu tidak hanya dimaknai sebagai peringatan seremonial, tetapi sebagai momentum reflektif untuk menegaskan hak dan peran perempuan yang setara dalam kepemimpinan dan pembangunan nasional, khususnya di sektor pendidikan.
“Perempuan berdaya adalah fondasi lahirnya generasi unggul. Pendidikan yang inklusif dan berkeadilan gender adalah kunci masa depan bangsa,” pungkasnya..png)
